Anak adalah aset terbesar bagi orang tua, bahkan bagi umat ini. Bagi orang tua, anak-anak adalah buah hati di dunia, bahkan di akhirat.
Kerananya, setiap orang tua sentiasa memanjatkan doa ke hadhrat Allah Yang Maha Penyayang agar anak-anak mereka menjadi soleh/solehah.
Adapun bagi umat, anak-anak adalah penerus generasi untuk
menerapkan, membela, dan memperjuangkan Islam. Tulisan ini memaparkan teknik bagaimana agar anak sejak usia sebegini mengenal Allah dan Rasul-Nya. Apa yang dikenalkan? Persoalan utama yang harus dicamkan adalah anak harus mengenal Allah Swt. dan Rasulullah sebagai apa?
Pertanyaan ini penting dijawab agar upaya pengenalan anak kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi fokus. Tentu, secara syar‘i anak harus mengenal:
(1) Allah Swt. sebagai Penciptanya;
(2) Allah sebagai tempat kembalinya;
(3) Allah sebagai Zat Yang akan menghisabnya;
(4) Sifat-sifat Allah Swt.
Adapun berkaitan dengan Rasulullah saw.,anak harus mengenal:
(1) Rasulullah saw. sebagai manusia pilihan;
(2) Rasulullah saw. sebagai manusia yang membawa wahyu-Nya;
(3) Sifat-sifat dan perikehidupan Rasulullah saw.;
(4) Perjuangan dan pengorbanan Rasulullah saw. untuk Islam dan
umatnya;
(5) Rasulullah saw sebagai suri teladan bagi manusia.
Pertanyaan yang penting diajukan adalah: selama ini anak-anak kita lebih mengenal siapa? Apakah mereka telah mengenal Allah, Rasul, dan al-Quran? Ataukah mereka lebih mengenal Dora the Explorer, Sponge Bob, Bintang Kecil, Mr. Bean?
Alangkah ruginya orang tua yang tidak mampu untuk mengenalkan mereka kepada Allah, Zat Yang Mahaperkasa dan Rasulullah sebagai manusia utama. Landasan utama pengenalan anak-anak kepada Allah dan Rasulullah ditujukan untuk menjunamkan rasa cinta mereka kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Tidak cukup jika mereka sekadar mengenal nama atau cerita semata-mata. Menanamkan cinta hanya bisa dilakukan dengan cinta pula. Karena itu, landasan pertama adalah cinta sayang kepada anak.
Ketika orang tua hendak mendarah dagingkan kecintaan kepada Allah dan Rasul dalam setiap aliran darah anak-anaknya, maka ia harus terlebih dulu menanamkan rasa cinta sayang dalam jiwanya kepada anak-anak mereka.
Cermin dari kecintaan ini adalah:
(1) Tertanam dalam jiwa bahwa anak-anak itu adalah buah hatinya;
(2) Setiap kali berbicara dengan anak, tataplah matanya dengan perasaan penuh kasih sayang, dan berbicaralah pula dengan penuh rasa kasih sayang;
(3) Niatkan bahawa apa yang disampaikan kepada anaknya adalah sebagai hadiah yang terbaik sekaligus tanda kasih sayangnya kepada mereka.
Gagal memiliki kecintaan dalam mengenalkan anak kepada Allah Swt dan Rasulullah merupakan tanda utama kegagalannya.
Pendek kata, setiap ucapan atau perilaku yang ditujukan untuk mengenalkan anak kepada al-Khaliq dan Rasulullah haruslah mengandung ’ruh’. Artinya, ucapan dan perilaku kita sebagai orang tua pun harus lahir dari rasa cinta kita kepada Allah Swt.
Mungkinkah seseorang yang tidak mengenal Allah dan Rasul dapat mengenalkan anak-anaknya kepada Zat Yang Mahaperkasa dan Rasul pilihan tersebut?
Mungkinkah orang yang hampa dari kecintaan kepada keduanya dapat menjunamkan rasa kecintaan kepada anak-anaknya?
Mungkinkah orang yang mengenal Allah dan Rasul secara biasa-biasa saja dapat melahirkan generasi yang kecintaan kepada keduanya luar biasa?
Ammar bin Yasir sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya karena ayah-ibunya, Yasir dan Sumayyah, adalah para pecinta Allah dan Rasul. Begitu juga, Abdullah bin Zubair; ia dibina oleh orang tuanya Asma binti Abu Bakar dan Zubair al-Awwam.
Landasan kedua adalah didik anak dengan cinta.
Ketiga, mendidik anak harus secara bersungguh-sungguh dan teratur.
Mendidik anak dengan seadanya sambil lewa merupakan bentuk ketidak sungguhan dalam mendidik. Nabi saw pernah mengibaratkan bahwa mendidik anak di waktu kecil laksana mengukir di atas batu. Artinya, cukup sulit dan penuh kesabaran. Namun, jika berhasil, buahnya tak akan pernah hilang.
Langkah Praktikal untuk anak-anak:
1. Formal.
Pendidikan anak secara formal bererti pendidikan di ruang kelas. Ruang kelas dimaksud bukan hanya sekadar di sekolah, melainkan juga boleh di masjid atau bahkan rumah. Samaada bersama-sama dengan orang lain atau khusus anak-anak kita sendiri. Misalnya, anak disekolahkan di sekolah pendidikan agama, atau disuruh mengaji di masjid. Pada sisi lain, di rumah sendiri dilakukan pendidikan rutin untuk anak-anak. Katakan saja, dibuat agenda kuliah subuh.
Ketika ayah ada di rumah maka yang memberi kuliah subuh kepada anak-anak adalah ayahnya. Namun, ketika si ayah berada diluar rumah, maka ibulah yang menjadi ustazahnya. Tidak perlu lama, 10–15 minit sudah mencukupi. Saat azan subuh berkumandang, bangunkan anak-anak. Kalaupun mereka sulit bangun, munculkan kesabaran, bangunkan dengan penuh kasih sayang. Setelah mereka solat, kumpulkanlah semua anak-anak untuk berkuliah. Mungkin mereka mendengar sambil tertidur, tidak mengapa. Jika di rumah ada komputer atau laptop, itu akan sangat membantu.
Buatkan kebiasaan, saat membangunkan anak-anak perdengarkan pada mereka alunan ayat-ayat suci Al-Qur'an dari qari-qari yang lembut mengalun. Secara psikologinya, anak akan merasa segar, fikiran menjadi jernih, biasanya mereka segera bangun.
Perlu juga, sekali-sekala kuliah subuh berupa nasyid bersama. Ayah dan ibu mengarang lagu nasyid sederhana yang sesuai. Boleh juga mereka diajak menonton film perjuangan Rasul (Ar-Risâlah) secara bersiri untuk beberapa hari. Ayah/ ibu menjelaskan siapa Rasul dan perjuangannya.
2. Non-formal.
Secara non-formal, belikan anak-anak buku bertemakan Allah dan Rasulullah. Biarkan mereka terbiasa membaca buku-buku tersebut. Untuk lebih menanamkan ’ruh’ cinta mereka, ayah atau ibunya yang menceritakan atau membacakan isi buku tersebut pada saat santai.
Boleh juga mengkoleksikan CD berisi doa atau cerita anak Islam, perjuangan Nabi, keindahan alam, dll. Jika tidak ada alat-alat elektronik, ganti dengan bercerita tentang semua itu.
Hal ini dapat dilakukan menjelang tidur. Seorang ayah atau ibu penting menjadi seorang pencerita yang hebat bagi anak-anaknya. Jangan lupa, menanamkan anak mengenal Allah dan Rasul dapat dilakukan dengan mengajak mereka ke forum pengajian. Ajak sesekali mereka pada acara pengajian ayah atau ibunya. Meskipun mungkin mereka tidak mengerti, tanpa kita sedari mereka akan mendarah dagingkan sikap dan perjuangan ayah/ibunya untuk mencintai Allah Swt. dan Rasulullah saw.
3. Berinteraksi.
Berinteraksi yang dimaksudkan di sini adalah mengenalkan anak kepada Allah dan Rasulullah melalui sikap dalam kehidupan seharian.
Hampir semua kejadian dapat digunakan untuk mengenalkan tautan jiwa kita itu kepada Allah Swt. dan Rasulullah.
Sebagai contoh, saat pulang dari solat Isyak dari masjid terlihat ada bulan, kita bisa bertanya kepada mereka, siapa pencipta bulan?
Lalu sambil berjalan kita menjelaskan kekuasaan Allah terkait dengan langit, bulan, dan bintang.
Hal yang sama dapat dilakukan untuk pohon, bunga, pasir, laut, dll.
Mungkin anak kita suka main patung/robot. Kita bertanya, hebat patungnya?
Dia akan kata, hebat. Setelah itu, jelaskan kehebatan Allah Swt. yang menciptakan adik bayi, bisa bergerak sendiri, berkelip-kelip, menangis, dll.
Kerananya, katakan kepadanya bahwa manusia harus tunduk kepada Zat Yang Mahahebat,
yaitu Allah Swt.
4. Doakan dengan cinta dan airmata.
Anak-anak kita memang lahir melalui kita, tetapi bukan milik kita. Sering kali orang tua menghendaki anaknya jadi begini atau begitu, tetapi dirasa susah sekali untuk mencapainya. Tidak perlu mengalah apalagi menyerah. Berusahalah terus. Jangan lupa, ada senjata orang tua yang sangat utama: doa!
Setiap kali selesai daripada solat, doakanlah anak-anak kita agar mengenal dan mencintai Allah dan Rasul-Nya. Bayangkan wajah mereka satu persatu mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Doakan satu persatu sambil menyebut namanya. Mintalah kepada-Nya dengan penuh kesungguhan dan titiskan airmata kecintaan.
Lebih bagus jika perkara itu dilakukan di tengah-tengah malam saat para malaikat turun ke langit dunia, setelah solat malam.
Ya, Allah, jadikanlah anak-anak kami mengenal serta mencintai-Mu dan Rasul-Mu..!
Barakallahufiikum
Salam ukhuwah.
Pengumuman Penting
SILA LIHAT RAYUAN SUMBANGAN DI BAHAGIAN KANAN BLOG INI > > > > > > > > > > > > V V V V V V
VISI PUSAT PENGAJIAN ISLAM
Menjadi pusat ilmu agama dan melahirkan generasi bertaqwa, berqualiti dan memelihara adab-adab Islam dalam rangka mewujudkan Islam sebagai ad-din yang syumul
MISI PUSAT PENGAJIAN ISLAM
· Menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu Islam bermula dari peringkat bawahan.
· Menyelenggarakan dakwah dan penyumbangan potensi ummat dalam sumbangan pendidikan Islam.
OBJEKTIF PUSAT PENGAJIAN ISLAM
· Mampu menghafal sebahagian atau keseluruhan Al Quran.
· Memahami isi kandungan Al-Quran dan Al-Hadis.
· Kemahiran dalam perkara Fardhu Ain.
· Melahirkan generasi yang berakhlak mulia.